
KEUTAMAAN ISTIGHFAR
Istighfar sebagai bentuk permohonan ampunan kepada Allah merupakan amaliah yang memiliki keutamaan luar biasa dalam kehidupan seorang Muslim. Dalam Al-Qur’an dan hadis, istighfar disebutkan sebagai kunci pembuka rahmat, pelapang kesulitan, serta jalan menuju ampunan dan keberkahan. Amalan ini tidak hanya membersihkan hati dari noda dosa, tetapi juga membawa ketenangan jiwa dan kemudahan dalam menjalani kehidupan dunia maupun akhirat.
Allah SWT telah menjanjikan bagi mereka yang senantiasa beristighfâr berbagai karunia, termasuk kelapangan rezeki, keselamatan dari azab, serta doa dari para malaikat. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan pentingnya istighfâr dengan sering mengulanginya dalam kesehariannya, meskipun beliau adalah manusia yang ma’shum (terjaga dari dosa). Hal ini menunjukkan bahwa istighfar bukan sekadar bentuk permohonan ampun, tetapi juga wujud ketundukan, pengakuan kelemahan, dan bentuk ketakwaan yang mendalam kepada Allah SWT.
Berikut adalah beberapa keutamaan istighfar yang dapat menjadi pedoman bagi kita untuk senantiasa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
- Memudahkan kesulitan dan melancarkan rezeki
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ لَزِمَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍْ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ ». رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهِ وَأَبُو دَاوُدَ وَالطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang senantiasa beristighfar, niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, memberinya jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya, dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Imam Ibnu Majah, Imam Abu Dawud, Imam ath-Thabarani, dan Imam al-Baihaqi)
- Memperoleh keberuntungan
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا». رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه
Nabi bersabda: “Alangkah beruntungnya orang yang menjumpai buku catatan amalnya dipenuhi istighfâr yang banyak.” (HR. Imam Ibnu Majah)
- Menjernihkan hati
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءٌ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ. [الْمُطَفِّفِيْنَ (۸۳) : ١٤] ». رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah, beliau bersabda: “Sesungguhnya jika seorang hamba melakukan dosa, maka di hatinya akan tercoreng setitik noda warna hitam. Jika ia berhenti dari perbuatan dosa itu, memohon ampunan, serta bertaubat, maka hatinya kembali bersih. Jika ia kembali melakukan dosa lagi, maka hitamnya akan ditambah hingga menutupi seluruh hatinya. Itulah tutup (hijab) yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, Sama sekali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS. al-Muthaffifin [83]: 14). (HR. Imam at-Turmudzi)
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ لِلْقُلُوْبِ صَدَأَ كَصَدَءِ النُّحَاسِ وَجِلاَؤُهَا الْاِسْتِغْفَارُ». رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di dalam hati itu terdapat karat seperti halnya karat tembaga. Yang dapat menghilangkannya adalah istighfâr.” (HR. Imam al- Baihaqi)
- Penawar (obat) dari perbuatan dosa
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى دَائِكُمْ وَدَوَائِكُمْ، أَلاَ إِنَّ دَاءَكُمُ الذُّنُوْبُ، وَدَوَاؤُكُمُ الْاِسْتِغْفَارُ». رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ
Rasulullah SAW bersabda: “Maukah aku tunjukkan penyakit kalian dan obat kalian. Ingatlah, sesungguhnya penyakit kalian adalah dosa-dosa (yang kalian perbuat), sedangkan obat kalian adalah istighfâr.” (HR. Imam al-Baihaqi)
- Diampuni dari dosa dan kesalahan.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ. قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: «يَا ابْنَ أَدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَحَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلاَ أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنانَ السَّمَاء ثُمَّ اسْتغْفَرتَني غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أَبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ حَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ َا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةٌ ». رَوَاهُ التَّرْمُذِيُّ
Dari Anas bin Malik, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, Allah Tabâraka wa Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sungguh selagi kamu meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan bagimu dosamu yang telah lalu dan tidak Aku pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampunan kepadamu dan tidak Aku pedulikan lagi. Wahai anak Adam, jika kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh isi bumi, kemudian kamu bertemu dengan-Ku dan kamu tiada menyekutukan yang lain dengan-Ku, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Imam at-Turmudzi)
- Didoakan para malaikat.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿الَّذِيْنَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْحَحِيمِ﴾[غَافِر (٤٠): ٧]
Allah berfirman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya, serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), ‘Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan yang mengikuti jalan-Mu, serta peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala- nyala.” (QS. Ghafir [40]: 7)
- Tidak disiksa di hari kiamat.
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعْمَلُ ذَنْبًا إِلَّا وَقَفَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِإِحْصَاءِ ذُنُوْبِهِ ثَلَاثَ سَاعَاتٍ، فَإِنِ اسْتَغْفَرَ اللََّهُ مِنْ ذَنْبِهِ ذَلِكَ فِي شَيْءٍ مِنْ تِلْكَ السَّاعَاتِ لَمْ يُوْقِفْهُ عَلَيْهِ وَلَمْ يُعَذَّبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» . رَوَاهُ الْحَاكِمُ
Rasulullah bersabda: “Tiada seorang muslim yang melakukan dosa, melainkan malaikat yang dipasrahi menghitung dosa-dosanya, memberikan kesempatan selama tiga jam. Jika ia memohon ampunan kepada Allah dari dosanya pada masa tiga jam tersebut, maka dosa itu tidak dicatat atas dirinya dan ia tidak mendapatkan siksa di hari kiamat.” (HR. Imam al-Hakim)
- Menjadi sebab diberikan harta melimpah dan banyak keturunan
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ أَنْهَرًا﴾. [نُوح (۷۱): ۱۰- ۱۲]
Allah berfirman: “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, memperbanyak untukmu harta dan anak-anak, menjadikan untukmu kebun-kebun, dan menjadikan (pula) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]: 10-12)
Melalui berbagai dalil dari Al-Qur’an dan hadis, dapat disimpulkan bahwa istighfâr bukan sekadar amalan lisan, melainkan sebuah sarana yang mampu membersihkan hati, menghapus dosa, serta mendatangkan rezeki dan keberuntungan yang tidak disangka-sangka. Istighfar menjadi bukti kelemahan manusia di hadapan Allah dan pengakuan bahwa hanya kepada-Nya lah tempat memohon ampunan. Dengan melazimkan istighfar, seorang hamba tidak hanya meraih pengampunan dosa tetapi juga mendapatkan doa dari para malaikat dan jaminan keselamatan di hari kiamat. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa memperbanyak istighfâr dalam setiap kondisi agar hidup senantiasa dalam lindungan dan rahmat Allah SWT.
Dapatkan keterangan lengkapnya hanya di buku “A’mal Hasanah dan Keutamaannya.”
Pemesanan bisa klik link berikut ini : http://Linktr.ee/pustakaalmuhibbin
