Empat Tingkatan Budi Pekerti Manusia

Pada dasarnya, setiap manusia memang memiliki watak yang berbeda-beda, sebagian ada yang cepat menerima (untuk dirubah) dan sebagian ada yang lamban (untuk menerima). Perbedaan-perbedaan itu karena ada dua sebab:

  1. Kekuatan yang tertancap (meresap) dalam akar watak itu, yang selalu berkembang sepanjang wujudnya. Karena kekuatan syahwat, ghadlab (marah), dan takabbur itu adalah benar-benar ada pada manusia. Akan tetapi yang paling sulit dan paling berat untuk dirubah adalah kekuatan syahwat, karena kekuatan syahwat itu yang lebih dulu keberadaannya. Suatu contoh; anak kecil pada permulaan fithrahnya telah diciptakan baginya sifat syahwat (keinginan- keinginan), Setelah berusia tujuh tahun terkadang sudah diciptakan sifat ghadlab baginya, setelah itu diciptakan baginya kekuatan tamyiz (membedakan antara baik dan buruk).
  2. Bahwa budi pekerti itu benar-benar dapat bertambah kuat dengan banyak melakukan apa yang menjadi tuntutannya serta mentaatinya, juga dengan mempercayai bahwa budi pekerti itu adalah yang baik dan disenangi. 

Manusia dalam hal budi pekerti ada empat tingkatan:

  1. Tingkatan pertama, orang yang dungu, yang tidak Tingat membedakan antara haq dan bathil, antara balk dan buruk. Bahkan ia tetap seperti pada baik kejadiannya, kosong dari semua keyakinan, dan syahwatnya juga tidak bertambah sempurna dengan selalu mengikuti hal-hal yang lezat. Orang serangan ini adalah lebih cepat menerima untuk diobati, ia tidak membutuhkan apapun kecuali seorang guru dan petunjuk, juga pendorong dari dalam dirinya yang mendorong-nya untuk bermujahadah, sehingga budi pekertinya akan menjadi baik dalam waktu yang lebih pendek.
  2. Tingkatan kedua, orang yang telah mengetahui keburukan dari sesuatu yang buruk, akan tetapi ia tidak membiasakan amal yang shaleh, bahkan selalu dipengaruhi dengan amalnya yang buruk, sehingga ia selalu melakukan amal yang buruk itu, karena mengikuti syahwatnya dan berpaling dari kebenaran pendapatnya, karena ia memang telah dikuasai oleh syahwat-nya, akan tetapi ia mengerti akan keteledorannya dalam beramal. Orang semacam ini adalah lebih sulit daripada orang yang pertama, karena perbuatan buruknya itu telah bertumpuk- tumpuk. Orang semacam ini, yang pertama harus mencabut apa yang telah melekat dalam jiwanya, yakni banyaknya kebiasaan melakukan hal yang rusak. Kedua, harus menanam dalam jiwanya sifat membiasakan perbuatan yang bagus, yang pada prinsipnya hal yang kedua ini adalah suatu tempat yang dapat menerima untuk dilatih, apabila ia sendiri mau bangkit untuk riyadlah (latihan-latihan) dengan semangat dan bersungguh-sungguh.
  3. Tingkatan ketiga, orang yang meyakini bahwa budi pekerti yang buruk itulah yang wajib dan bagus. Serta meyakini bahwa budi pekerti yang buruk itulah yang benar dan baik, kemudian ia merawatnya terus menerus. Orang semacam ini hampir-hampir tidak menerima untuk diobati, dan tidak dapat diharapkan menjadi orang shaleh kecuali sangat sedikit sekali. Demikian itu dikarenakan telah bertumpuk-tumpuk sebab-sebab kesesatannya.
  4. Tingkatan keempat, orang yang seiring pertumbuhannya berada di atas pemikiran yang rusak, dan terlatih untuk melakukannya. la berpendapat bahwa keutamaan itu ialah apabila mampu melakukan banyak kejahatan dan memusnah-kan banyak jiwa. la merasa bangga dengan hal itu, dan menduga bahwa hal itu dapat mengangkat derajatnya. Orang semacam ini adalah tingkatan yang paling sulit untuk dirubah. Orang seperti inilah yang dikatakan (dalam pepatah): وَمِنَ الْعَنَاءِ رِيَاضَةُ الْهَرَمِ، وَمِنَ التَّعْذِيبِ تَهْذِيبُ الذَّيْبِ

Termasuk sesuatu yang sulit adalah melatih orang yang pikun, dan termasuk suatu siksaan adalah memperbaiki orang yang buruk budi pekertinya. 

Dari empat tingkatan tersebut, yang pertama disebut جَاهِلٌ فَاقَطْ (hanya bodoh) yang kedua disebut جَاهِلٌ وَضَالٌ  (bodoh dan sesat), yang ketiga disebut جَاهِلٌ وَضَالٌ وَفَاسِقٌ (bodoh, sesat, dan fasik), dan keempat disebut جَاهِلٌ وَضَالٌ وَفَاسِقُ وَشَرِيْرٌ (bodoh sesat, fasik, dan jahat).

Dapatkan keterangan lengkapnya hanya di buku 11 Langkah Resep al-Ghazali.

Pemesanan klik link berikut :http://Linktr.ee/pustakaalmuhibbin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *